Minggu, 17 Februari 2013

Seperti Raksasa yang Menahklukkan Dunia

Seorang teman berlabel "activist" yang sudah biasa diburu kalau perlu dimatikan, saat ini bertemu denganku (facebook). Dia tdk pernah berhenti menyerukan gagasan-gagasan besar untuk memperbaiki dunia. Ternyata gelar dia bukan hanya "activist, tapi juga "atheis".
Walau aku nggak pernah turun ke jalan, gak pernah diburu2 telik sandi, tapi sepertinya akupun pantas menyandang label "activist".
Dalam ideologi kami tiada beda, kami sama-sama secara militan mendukung Sri Mulyani, kami membenci koruptor dan cara kami mengecam DPR sama kok “sangar”nya.
May I introduce myself, umur dimana rambut putih mulai muncul tidak merata adalah saya. Rambut putih adalah gambaran jam pasir menunjukkan kapan kita berakhir, di saat seperti ini sudah tidak sepantasnya kita masih berdebat tentang Tuhan.
Sehingga dalam hal dunia akherat, kami berbeda “menganga”.
Saya adalah penganut agama yang taat, tidak pernah berdebat tentang Tuhan dan merasa bahagia hanya dengan menikmati ketaqwaan saya. Saya menikah dan tinggal menetap tidak berpindah-pindah dengan pekerjaan yang tidak masuk dalam kriteria freelance. Let me say, saya ibu yang baik, istri yang setia dan bukan aktivis yang buruk.
Teman saya ini laki-laki, katanya dia tidak bercita-cita menikah, tidak ingin punya rumah dan gak juga pingin punya mobil. OMG … ada ya orang seperti ini?? Terus terang saya bingung dengan gaya hidupnya, terutama dengan prinsip “atheis”nya yang saya anggap amat sangat tidak senonoh.
Apakah dengan prinsip dan gaya hidupnya dia mampu mengubah dunia ?? Mari kita tengok sebuah cerita, cerita yang diceritakan oleh seorang kakek tua menjelang ajalnya.
Sang kakek bercerita :
Dulu semasa aku muda, aku selalu terobsesi untuk mengubah dunia menjadi lebih baik, tapi ternyata itu sulit dan aku menyerah. Kemudian pencapaianku aku turunkan dengan ingin memperbaiki negaraku, tapi itu juga sulit karena bangsaku sendiri emang susah diajak baik.
Di usia senjaku pencapaian aku turunkan lagi, aku ingin mengajak keluargaku untuk bisa mengerti idealismeku, ternyata anak istriku meremehkan aku, menurut mereka aku bukan orang yang pantas jadi panutan dan itu aku sadari diusiaku yang ke-60. Sekarang disaat sekarat aku ingin berubah jadi orang yang bisa jadi panutan dan bisa dibanggakan, tapi bukannya itu terlambat karena aku sudah sekarat.
Seandainya hidup bisa kuulang kembali, di masa muda aku akan menjadikan diriku pribadi yang baik, yang mampu bekerja baik sehingga disaat menikah dan berkeluarga, aku adalah ayah dan suami yang baik. Dengan menjadi panutan di lingkunganku maka bisa jadi aku mempunyai kesempatan menjadi pejabat negara yang baik dan berjasa untuk negri ini dan bukan mustahil kata-kataku akan didengar seluruh dunia.
Jadi tolong, janganlah berfikir terlalu tinggi di saat muda, berfikirlah sederhana dan yang paling penting ubahlah dirimu menjadi seseorang yang menjadi contoh, maka Insya Allah kata-katamu akan seperti raksasa yang bisa menakhlukkan dunia.
Demikian ... Semoga Menjadikan Hikmah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar