Senin, 18 Februari 2013

MUNGKINKAH MEREKA MENGGANTUNGKAN CITA2 SETINGGI LANGIT ? ( langit yg mana dulu ? )

Baru kemarin ...ditemani hujan dan kuyub dedaunan aku membelah jalan desa, bertemu manusia2 calon penghuni surga. Aku yg biasa hidup dalam gaya dan pesta pora, kembali tersungkur bertanya 'apa hanya org2 spt mereka yg tidak kenal harta, tdk kenal suasana pesta pora yg pantas masuk surga ?'
Kata seorang sahabat 'aku nggak mau masuk surga dgn cara mereka ...gak enak jadi org desa' ... He he ... aku bohong kalo aku gak tertawa. Sesunguhnya dgn berbagai cara di mata kita ... gaya org desa tanpa edutainment, infotainment atau jenis entertainment lain ...apa enaknya ? Mana ada wisata kuliner ? Sepakat juga khan akhirnya aku dgn sahabatku.
Dalam tertawa otakku berputar2. Kalau seandainya kutatap mata seorang anak yg pintar bersahaja, kemudian dia bilang 'akan kugantungkan cita2ku setinggi langit' ... dalam hati aku akan menjawab 'langit yang mana dulu ?' 'langit2 rumahmu, yg tingginya 2 meterpun belum tentu ?'
Duh Gustiii .... Jahatnya aku.
Aku bukan manusia yg memberi peringkat manusia lain atas dasar duniawi yg dimilikinya. Bahkan aku kadang2 membenci pahlawan2 keluarga yg dgn segala upaya berusaha memuliakan keluarganya ... (sudahlah aku gak akan membahas pahlawan keluarga yg justru merusak tatanan, tidak lain dan tidak bukan memang unt keluarga).
Aku membahas mereka yg menggantungkan cita2nya 'setinggi langit2 reyot'.
Tapi Tuhan Maha Besar teman ... Seorang Buya Safii Ma'arif seorang pemimpin agama sekaligus Phd lulusan University of Chicago ...dilahirkan di desa semacam ini, ditinggal mati ibunya di usia belum genap 2 th. Dia dilahirkan di desa seperti ini, dia dipelihara oleh Allah The Al-mighty. Di tanah seperti ini terlahir laki2 berhati kekar. Di tanah spt ini tercetak laki2 yg bisa mempengaruhi banyak orang.
Entahlah tanpa rahmat dan perlindungan, mungkinkah seorang Buya menggapai cita2 setinggi langit, bahkan langit ketuju ?
Sering kesenyapan membuatku sadar, tidak jarang bahkan aku merasa menemukan Tuhan. (the long winding road a hard rain within).
Desa Mangli Ngablak (two thousand and ten).
(ditulis setelah membaca 2 lembar novel 'Si Anak Kampung' ... baru 2 lembar udah embeeer)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar