Minggu, 17 Februari 2013

Biarkan Cinta Menguasaimu

Birumu menggiurkanku, birumu membuat mimpiku tertambat disitu.
Seorang pria bertampang pangeran, merintih biru pada seorang GURU yg muda dan perempuan. Pria petang, pria yg sedang merasa biru ini menyebut perempuannya sebagai perempuan penuh janji palsu.
Perempuanya yg dikenal sbg perempuan kenangan menjawab, "menikahiku sama dengan menikahi masa lalu dan masa yang belum berlalu, dan itu bukan berarti menikahi janji palsu !".
"Tidak seharusnya aku di sini menemani seorang lelaki, akan ada resiko menemani laki2 yg pura2 tdk aku cintai", kalimat itu muncul di hatinya, kalimat yg utuh memperingatkan nuraninya.
Dia bilang pada sang pria "rasanya tidak tepat kita berdekatan, di kala malam bisa saja menurunkan godaan".
"Tidak ada yang memaksamu menemaniku, kau menemaniku untuk memenuhi rasamu sendiri, jangan persalahkan malam dan sebagainya. Akui saja kau menikmatinya", kata si pria petang.
Dengan cakap perempuan kenangan menjawab, "Kalau begitu seberapa gelap, seberapa dingin rindang malam kau inginkan untuk membantu aku memenuhi rasa seperti tuduhanmu itu ?"
Mereka memandang rembulan merah, malam sudah datang, dinginpun ikut berjuang "memenuhi tuduhan rasa" bahwa ada cinta diantara mereka. Tetap saja rembulan merah menjadi topik pembicaraan. Tanpa sentuhan fisik, hebat .. tanpa sentuhan fisik !!
Dia adalah perempuan kenangan yang selalu meninggalkan kenangan. Sebuah kalimat halus dia tuturkan "Pria, seberapa ingin aku memelukmu, tidak akan kulakukan itu karena itu tidaklah akan menjadi hal yg baik bagimu dan bagiku".
Perempuan cantik ini adalah seorang "GURU", jadi percuma dia cantik karena dia menarik bukan karena fisik tapi karena teguh hatinya, dan kibaran fatwa-fatwanya.
"Perempuan, kutunggu kapan tumbang fatwa-fatwa tegakmu ... kapan kau mau mempertemukan rasa yg kutuduhkan padamu dan dgn hatiku yg sudah menunggu. Sudah berapa malam aku menemanimu dan tak kunjung ada ikhlas kau tumbangkan cantik hatimu, aku sungguh menginginkamu".
"Pria, aku adalah manusia, kau tunggu saja kapan aku lena".
Dengan marah pria petang menggengam dua lengan tipisnya "ku fikir hatimu punya tepi, ada batas dimana gigihmu berhenti ... Sungguh, kau hanya mengakibatkan aku terkenang, kau hanya membuatku tidak berhenti memikirkanmu ... akan aku langgar semua fatwamu, karena kesabaranku bertepiiii .... Memaksamu adalah hal yang mudah untukku !!".
Melepaskan diri di kala adam berada di irama terkuat deru dadanya, tidaklah bisa diimbangi dengan tenaga melepaskan diri seorang perempuan yg sudah berada pada batas menyerah. Habis terkunyahlah, habis sudah badan terebus dera cinta yg didamba sekian lama.
---- Ternyata sabar tidak berumur panjang , bahkan bagi dua pemuka yang berusaha mengendapkan rasa, dua pendekar hebat di jagad raya -----
Di suatu pagi yg diakrabi sinar, disana ada pertemuan.
"Guru ... Sering kau ajarkan padaku, bagaimana menepikan rasa. Guru dikenal sebagai wanita digdaya, yang tidak pernah sibuk mengurus rasa. Saat ini saya sedang mencintai seseorang. Seseorang yang mampu kucintai, namun mencintainya akan ada resiko baginya. Kau tahu aku adalah pendekar pedang, kau tahu hidupku dijalan pedang ... Wanita terlalu berbahaya bersuamikan pendekar sepertiku. Aku tak mampu meredam cintaku, aku menginginkannya Guru ..."
Guru cantik perempuan kenangan .... for a while, just for a while she's ready for the answer.
"Dimas pendekar, akhir dari suatu cerita dimana terdapat hubungan antara pria dan wanita ... tidaklah ada seorangpun yang tahu ... bukan seorang Guru, bukan seorang Bikhsu, bahkan Sang Budha-pun tidak akan tahu akhir ceritanya ...".
Saat kalimat itu diucapkan, pria petang tidak jauh dari jarak pandang dan dia mencuri pandang "body language" istrinya saat memberi penjelasan. Seperti biasa, tetap saja ... perempuan yg tenang.
Dia ingin menjelaskan kalimat istrinya yang cenderung mengambang. "Milikilah dia seutuhnya, bila benar kau mencintainya ... atau kau akan rasakan dadamu tertimpa bara yg kau tak mampu meredamnya". Hal seperti ini harus kujelaskan pada para laki-laki, bisik pria petang pada dirinya sendiri.
Lalu Pria Petang mendekat, didekatinya istrinya lalu duduklah mereka dgn jarak tidak lebih jauh dari sejengkal. Pria petang berkata pelan, "dinda bolehkan aku jawab pertanyaan dimas pendekar ?"
"Sebagai seorang pria, dimas ... Apakah akan kau penuhi panjang hidupmu dengan rindu ? Kau hanya membuat gila dirimu sendiri. Perempuan sudah menimbang cintanya dan perempuan sudah siap dengan segala resikonya. Resiko gila lebih berbahaya dari tebasan pedang yg hanya kemungkinan. Karena cinta kandas sudah pasti membuatmu gila dan bukankah kau tahu tak ada pendekar yg sakit gila dimas."
Perempuan kenangan sedikit tersenyum mendengarkan penjelasan suaminya. Senyum yang tidak merubah posisi duduk tegaknya.
Pria petang memiliku sense of brutal yg lumayan, dia pendekar yang baik pun juga suami yang baik. Dia adalah contoh pria yang berusaha mendapatkan cintanya walau tidak seketika. Julukan dirinya adalah Pendekar Gurun Benggala.
Perempuan kenangan bukanlah juga istri yang tidak baik, perempuan panutan ini dulupun pernah mempertanyakan hal yang sama pada bakal suaminya. Dia mengatakan bahwa menikahi perempuan sepertinya akan meresikokan pria yang mendampinginya.
Perempuan kenangan memang pantas membuat semua pria terkenang-kenang, tapi tetap saja dia memilih menikahi seorang pria yang tahu benar seberapa dalam cintanya ... seorang pria yg sesungguhnya pintar berhitung.
Pendekar Gurun Benggala adalah seorang pangeran kala dulunya. Dia mencinta perempuan kenangan bukan tanpa hitungan.
When you love somebody "take her or leave her", when you "take her", wait for a while not so harmfull ! ... Ketika menjadi harmfull, katakan saja "apakah kesabaranku ini masih kau anggap kurang panjang ? Apakah pengorbananku masih kurang2 ? Kalau begitu bolehkah kusebut kau "perempuan keterlaluan", dinda ?
Pendekar Gurun Benggala melanjutkan penjelasannya pada pendekar muda dihadapannya.
"Mendesak itu perlu, menekanpun itu perlu ... Daya-daya seperti itu adalah kekuatan ... Apa kamu mengharap perempuan yang seharusnya melamar ??"
"Untuk perempuan, Walau tidak ada yang salah dengan melamar pria baik ... tidak ada yang salah ... cuma hanya akan mengakibatkan "gambaran negatif diri". Yes ... Katakanlah cara hanyalah sekedar cara, tapi bukan ! ... Cara itu menentukan segalanya. Perempuan melamar adalah cara yang mengagetkan, biasanya hal ini berujung penolakan yang tampan. Tidak tercapai khan tujuan ??"
Istriku, adalah perempuan yg mampu menekan rasa, namun tetap saja dia rela dikuasai cinta, dgn catatan tanpa meninggalkan segala-galanya .... Walau dikuasai cinta, dia tetaplah pendekar ternama (not too bad, still a proper achievement).
Dgn sedikit mengerling, perempuan kenangan mencubit tipis lengan suaminya "Gila nih laki gua, buka aib sembarangan !!"
Dgn tdk perdulinya, dia terus berbicara ... "Saya mengenang dia sebagai perempuan yg tidak pernah ngambek, krn sayalah si tukang ngambek... Haha .. Dan hal yg paling tdk enak dari ngambek adalah, dicuekin !"
"Lho itu biar Kanda sadar, kalo aku nggak sensi, and finally menyadari bahwa hal terbaik dari ngambek adalah saat kita baekan ... Makanya saat ini aku nggak ngambek walau kau umbar aibku sembarangan. Seperti kau bilang cintaku tanpa tepi, and you know forgiving is one best part that makes tanpa tepi tadi benar2 terkatakan sebagai tanpa tepi."
*** Cerita ini diceritakan dalam rangka memperjelas "memang begitulah cinta", dan memang begitulah cara kerjanya ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar